project · writing

[Blog Tour and Giveaway] Day 3: Riset dan Penerbitan

day3

Halooo! Sampai juga kita di hari ketiga blog tour The Playlist. Setelah kemarin membahas tokoh-tokoh utama di dalam ceritanya, sekarang saya bakal mengupas riset dan proses penerbitan The Playlist. [Baca juga: Day 2: Meet the Characters]

Research is a must–bahkan untuk sesuatu yang hanya muncul dalam satu kalimat. Karena tokoh utama The Playlist adalah food writer, otomatis saya harus mencari tempat-tempat makan di Bandung. Sebenarnya ada banyak nama yang saya jelajahi, tapi empat tempat di bawah ini yang berperan besar dalam The Playlist.

1. Bober Cafe

Bober Cafe bukan sekadar tempat lahir The Playlist, tapi juga inspirasi saya saat merancang beberapa tempat fiktif di dalam cerita, yaitu La Belle Luna dan No. 46. Konsep homey dan interiornya saya pakai buat No. 46, sementara lokasinya saya sematkan untuk La Belle Luna. Omong-omong, saya sudah jadi pelanggan tetap di Bober Cafe sejak tahun 2011.

Alamat Bober Cafe: Jl. R.E. Martadinata No. 123, Bandung.

2. Perky Pedro

Kalau kalian sudah baca The Playlist, berarti kalian juga tahu bagian saat Winona mengunjungi sebuah restoran Meksiko di sekitar Jalan Riau. Yes, that place used to be existed and it was called Perky Pedro. Seperti yang digambarkan Winona, nuansa Meksiko di tempat makan ini sangat kental. Saya sendiri suka sama desain eksterior dan interiornya yang penuh warna. Sayangnya, Perky Pedro sekarang sudah tutup. Padahal burrito-nya beneran enak. 😦

Alamat Perky Pedro: Jalan Riau No. 128A, Bandung (yha, tapi sekarang bukan Perky Pedro lagi).

3. Fuku Ramen

Seperti halnya Bober Cafe, Fuku Ramen menjadi tempat lahirnya beberapa ide untuk The Playlist. Pokoknya kalau ada adegan yang ambil tempat di ramen house, referensinya ke sini, hahaha. Masih ada satu lagi kedai ramen di sekitar Jalan Riau yang jadi inspirasi saya untuk menulis salah satu bagian di The Playlist, yaitu Hakkata Ikousha. By the way, chicken cashu ramen di Fuku Ramen terbaik sekaleeeh.

Alamat Fuku Ramen: Jalan Pasirkaliki No.71 A, Bandung.

4. Mie Aquarius

Bab Yamin Pangsit dan Egg Benedict mengambil latar tempat di Mie Aquarius. Tempatnya agak nyempil, tapi kalau kalian pergi dari arah Taman Flexi (astaga, Taman Flexi banget), bakal kelihatan, kok, tempatnya. Mi ayam di sini memang bukan yang terbaik di kota Bandung, tapi lokasinya yang paling mendukung untuk bab tersebut.

Alamat Mie Aquarius: Jalan Sultan Tirtayasa 1, Bandung.

**

To be honest, proses penerbitan The Playlist tidak sepanjang penulisannya. Saya menulis draf baru The Playlist bulan Februari 2016 dan diterbitkan secara berkala di Storial dan Wattpad sampai akhir Juni 2016. Saat itu, jangankan diterbitkan secara cetak, sanggup menuntaskan The Playlist saja sudah bikin saya senang. Perasaan dihantui selama hampir satu tahun langsung hilang begitu menyentuh akhir cerita. Surreal.

Selang beberapa hari setelah The Playlist selesai, saya mendapatkan surel dari editor Grasindo. Isinya memang tidak serta-merta menawarkan The Playlist untuk terbit. Saya sempat menawarkan dua naskah yang sudah rampung ditulis saat itu dan ternyata The Playlist yang dipilih.

Kesannya kok gampang banget, ya? Padahal enggak sih. Saya cemas luar biasa setelah menyerahkan naskah The Playlist ke tangan penerbit. Apa ini memang waktu yang tepat? Memangnya The Playlist layak terbit? Memangnya saya sudah sesiap itu, ya, melepas The Playlist ke lautan lepas yang lebih ganas? Percayalah, kadar deg-degan yang saya rasakan saat mengurus penerbitan The Playlist sebenarnya lebih mengarah ke kecemasan dibandingkan excitement.

Jadi, saat ditanya bagaimana perasaan saya tentang terbitnya The Playlist, jawaban saya masih sama seperti saat saya menuntaskan cerita ini: surreal. Karena, seperti yang saya bilang di entri-entri sebelumnya, The Playlist awalnya hanya akan jadi koleksi pribadi. Kalaupun ada niat untuk diterbitkan, sepertinya sih bakal beberapa tahun lagi.

Namun, ternyata takdir berkata lain.

Saya tidak berharap muluk-muluk. Saya ingin pembaca yang akhirnya menyentuh The Playlist dapat menikmati ceritanya. Selama menulis The Playlist, saya juga mendapatkan banyak pelajaran. Mulai dari seluk-beluk penilaian tempat makan (lalu jadi sama rewelnya kayak Winona waktu dengar playlist yang diputar di tempat-tempat tersebut). Mengenal lebih dalam tentang sub-genre foodie romance. Mencoba beberapa resep meski akhirnya gagal. Plus, semakin mencintai kota kelahiran dan tempat tinggal saya sekarang, Bandung.

Hmm, ini tadinya mau curhat panjang, tapi jadinya cuma segini. Eh, tenang. Blog tour & giveaway-nya masih berlanjut. Sila catat tanggalnya dulu:

lttheplaylist

Besok, saya bakal share tentang fun facts The Playlist. Semacam trivia penghibur tentang hal-hal yang menemani saya selama menulis The Playlist.

Sampai ketemu besok!

Regards,

erl.

 

 

 

 

8 thoughts on “[Blog Tour and Giveaway] Day 3: Riset dan Penerbitan

  1. Ngga salah memang kalo Bandung dipilih jadi surganya kuliner. Jadi pengen maen ke Bandung buat icip-icip nih😋. Kalo tau proses suatu penulisan novel kayanya ribet ya,beruntunglah saya sebagai pembaca tinggal nikmatin doang kita bahkan ngga tau apa masalah pribadi atau kesulitan seorang penulis, kadang juga kita selalu menuntut dan suka curcol ngga jelaa kalo ngga suka ama ceritanya. Pokonya sukses terus buat kak @erlinnatawiria. Ini buku pertamanya 6g diterbitkan apa bukan kak??

  2. Duh! Baca postingan kali ini otomatis jadi kangen Bandung!

    Dulu saat masih jadi gamer, base camp guild kami di Bandung dan sering banget diajakin wiskul sama temen2 se-guild yang kebetulan memang kebanyakan urang Bandung.^^

    Gak salah deh ya kalau kulinernya Bandung yang jadi latar The Playlist. Mungkin para pembaca akan langsung menyambangi resto2 yang tertulis dalam postingan kali ini untuk mendapatkan langsung feel-nya Mbak Erlin saat menulis The Playlist ^^

    Lagi-lagi dapet referensi yang oke nih! Langsung deh masuk wishlist-ku saat nanti kembali bertandang ke Bandung.

    1. Wah, seru yaaa. Aku juga sering wiskul sama teman-teman, apalagi sekarang di Bandung tempat makannya terus bertambah.

      Yah, jangankan yang merantau, aku yang tinggal di Bandung aja berat kok kalau sampai harus ninggalin kota ini. :’)

Leave a reply to Heni Susanti Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.