writing

[Writing] Fanfiction

Sekitar satu-dua bulan terakhir, saya kembali menyelami dunia fanfiction. Awalnya karena salah seorang teman saya sedang gandrung menulis fanfic di situs Wattpad, lalu saya iseng membaca beberapa karya penulis lain di situs tersebut. Meski excitement-nya tidak sebesar satu dekade yang lalu—saat saya senang menulis fanfic—tapi, saya berutang budi pada karya fiksi tersebut.

Fanfiction menjadi tempat pelimpahan rasa tidak puas pembaca/penggemar dengan cerita atau tokoh dari buku, musisi, serial televisi, film, dan media-media sejenis. Di dalam fanfic, para penulis bebas mereka cerita maupun tokoh sesuai dengan kehendak mereka. Biasanya, semakin besar fanbase-nya, semakin banyak pula fanfic bertebaran dengan beragam genre.

Dahulu, saya sering menulis fanfic My Chemical Romance. They had this weirdness and awesomeness in one place. Kemudian, minat saya pada fanfic mengisut saat masuk bangku SMA dan saya mulai mengembangkan cerita tanpa campur aduk kehidupan orang lain. Meski begitu, saya masih menyimpan fanfic dan sesekali membacanya sebagai nostalgia.

Saya pernah berpikir, apa reaksi mereka—objek-objek fanfic—saat membaca karya-karya gila dari penggemar? Does it bother them? Some people mess up their lives—at least on fiction. Pikiran tersebut hinggap di pikiran saya setiap kali akan menulis fanfic­—salah satunya Meet Chris yang saya unggah di Wattpad. Kendati Ed Sheeran tidak akan mengerti dengan apa yang saya tulis, rasanya aneh sekali menulis hal-hal mustahil yang tidak terjadi dalam hidupnya.

Dalam Fangirl karya Rainbow Rowell, Cath—sang tokoh utama—menulis fanfic dari seri buku favoritnya. Hingga dia mendapat masalah saat dosen creative writing menganggap fanfic-nya tidak orisinal. Cath harus menulis ceritanya sendiri, but can she? Fangirl seperti ringkasan para penulis yang berusaha move on dari gemerlap dunia fanfiction.

No, don’t stop writing fanfiction. Beberapa penulis pernah melewati fase tersebut dan rasanya menyenangkan. Dari menulis fanfic, saya belajar merangkai cerita, menciptakan tokoh, ‘mengunjungi’ tempat-tempat asyik untuk seting, dan mengembangkan emosi. Ketika saya meninggalkan fanfic, saya juga merasa janggal. Tapi, jika saya tidak melakukannya, mungkin saya tidak akan pernah punya novel sendiri.

Kita tidak selamanya akan menulis fanfiction bukan?

2 thoughts on “[Writing] Fanfiction

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.